Langsung ke konten utama

Ada banyak waktu yang terlewat

           ada banyak waktu yang terlewat dengan sia-sia, aku harus membayar semua itu dengan apa? Walaupun terlambat, untuk apa menyesal jika saat ini aku menyadari jika itu adalah sebuah kesalahan dan aku mencoba memperbaikinya. Jangan pernah mencoba untuk mempengaruhiku dengan berkata, “bahwa aku tertinggal kereta dan tak ada harapan, untuk menuju apa yang diimpikan.” Tak ada yang tak mungkin di dunia ini, selama aku percaya pada Tuhan, bahwa aku bisa bahkan bisa mengejar apa yang sudah tertinggal tersebut. Hanya waktu yang bisa menjawab, hanya saat ini proses dari jawaban tersebut. Biarkan aku sedikit demi sedikit mengubah duniaku sendiri dengan mencari cara bagaimana aku harus menangani berbagai solusi dengan berpikir, bertindak, berdo’a dengan sabar dan yakin. Jika hanya sebuah kata-kata bisa mengubah dunia perkataan tersebut, maka lebih hebat lagi jika kata-kata yang dianggap baik untukku bisa mengubah keadaanku.
        Aku tidak berpikir untuk berharap ada keajaiban, karna keajaiban adalah sesuatu diluar logikaku untuk mengharap sesuatu dengan spontan. Aku tahu keajaiban memang ada, tapi aku tidak boleh terlalu berharap ada keajaiban, jika aku diam. Dan aku percaya keajaiban akan ikut serta dalam hidup seseorang jika sudah ada masanya. Hanya Tuhan yang tahu, siapa yang mendapat keajaiban yang tak disangka-sangka, entah itu kebahagiaan atau kesedihan serta makna-makna hidup lainnya.
        Semua yang hadir adalah yang terbaik, hanya saja kesadaran lebih dominan berpikir ke arah sesuatu yang membuat sedih. Jadi aku, kamu, dan siapapun hanya sibuk mengeluh tentang apa yang terjadi pada diri ini. Seandainya aku menyadari apa yang baru saja ku katakan ini disaat ku merasa diriku benar-benar ada diujung yang paling dianggap buruk. Namun dalam kenyataan aku sibuk menangisi sesuatu yang sebenarnya adalah kekuatan yang biasa aku minta pada Tuhan untuk diberi kekuatan maupun kesabaran.
        Seperti apa yang aku pikirkan antara sadar dan tidak sadar. Bisakah membedakan antara mimpi, impian, harapan, khayalan, imajinasi. Aku terkadang terseret kemana arah fokusku yang sebenarnya, naik turun seperti gelombang laut dan lebih sedikit keadaan tenangnya. Campur aduk mencari satu titik yang aku cari, yang tak kunjung selesai yang akhirnya aku menjalani namun tidak menyadari jika sang malaikat sibuk mencatat semua dosa serta kebaikkanku. Namun tidak jelas apakah hati ini sepenuhnya hitam atau putih atau bahkan abu-abu. Namun ku berharap semoga aku mendapat ampunan dari segala dosa-dosa ini.
        Bisakah aku memuji diriku sendiri, walaupun hal ini sepele dan tidak begitu penting bagi sebagian orang bahwa aku tidak berniat untuk bunuh diri namun aku takut jika apa yang setiap aku lakukan memacu membuatku terbunuh oleh diriku sendiri secara tidak sadar. Tapi aku mencoba memberi kekuatan pada diriku sendiri bahwa aku kuat dalam menghadapi semua ini, dan biarkan aku masih berlari seperti pecundang karna aku takut dari apa yang apa yang akan terjadi. Namun suatu hari dengan yakin bahwa aku akan menghadapi semua ini dengan merasa biasa-biasa saja dan baik-baik saja. Aku tahu ada yang salah dari dalam diriku, penyebab aku berlari, karna aku tidak kuat dalam menghadapi hidup ini. Namun lebih baik aku menghargai keputusan diriku sendiri dengan melakukan sesuatu, baik itu negatif atau positif dibanding aku diam merasakan sesuatu yang tak kunjung membawa manfaat yang berarti. Jika tidak begini aku bisa mati secara perlahan-lahan penyebab dari apa yang aku takuti yang belum pernah melatih diri dalam mempersiapkan mentalku sendiri.

Komentar