ada banyak waktu yang
terlewat dengan sia-sia, aku harus membayar semua itu dengan apa? Walaupun
terlambat, untuk apa menyesal jika saat ini aku menyadari jika itu adalah
sebuah kesalahan dan aku mencoba memperbaikinya. Jangan pernah mencoba untuk
mempengaruhiku dengan berkata, “bahwa aku tertinggal kereta dan tak ada
harapan, untuk menuju apa yang diimpikan.” Tak ada yang tak mungkin di dunia
ini, selama aku percaya pada Tuhan, bahwa aku bisa bahkan bisa mengejar apa
yang sudah tertinggal tersebut. Hanya waktu yang bisa menjawab, hanya saat ini
proses dari jawaban tersebut. Biarkan aku sedikit demi sedikit mengubah duniaku
sendiri dengan mencari cara bagaimana aku harus menangani berbagai solusi
dengan berpikir, bertindak, berdo’a dengan sabar dan yakin. Jika hanya sebuah
kata-kata bisa mengubah dunia perkataan tersebut, maka lebih hebat lagi jika
kata-kata yang dianggap baik untukku bisa mengubah keadaanku.
Aku tidak berpikir untuk berharap ada keajaiban, karna
keajaiban adalah sesuatu diluar logikaku untuk mengharap sesuatu dengan
spontan. Aku tahu keajaiban memang ada, tapi aku tidak boleh terlalu berharap ada
keajaiban, jika aku diam. Dan aku percaya keajaiban akan ikut serta dalam hidup
seseorang jika sudah ada masanya. Hanya Tuhan yang tahu, siapa yang mendapat
keajaiban yang tak disangka-sangka, entah itu kebahagiaan atau kesedihan serta
makna-makna hidup lainnya.
Semua yang hadir adalah yang terbaik, hanya saja kesadaran
lebih dominan berpikir ke arah sesuatu yang membuat sedih. Jadi aku, kamu, dan
siapapun hanya sibuk mengeluh tentang apa yang terjadi pada diri ini. Seandainya
aku menyadari apa yang baru saja ku katakan ini disaat ku merasa diriku
benar-benar ada diujung yang paling dianggap buruk. Namun dalam kenyataan aku
sibuk menangisi sesuatu yang sebenarnya adalah kekuatan yang biasa aku minta
pada Tuhan untuk diberi kekuatan maupun kesabaran.
Seperti apa yang aku pikirkan antara sadar dan tidak sadar.
Bisakah membedakan antara mimpi, impian, harapan, khayalan, imajinasi. Aku
terkadang terseret kemana arah fokusku yang sebenarnya, naik turun seperti
gelombang laut dan lebih sedikit keadaan tenangnya. Campur aduk mencari satu
titik yang aku cari, yang tak kunjung selesai yang akhirnya aku menjalani namun
tidak menyadari jika sang malaikat sibuk mencatat semua dosa serta kebaikkanku.
Namun tidak jelas apakah hati ini sepenuhnya hitam atau putih atau bahkan
abu-abu. Namun ku berharap semoga aku mendapat ampunan dari segala dosa-dosa
ini.
Bisakah aku memuji diriku sendiri, walaupun hal ini sepele
dan tidak begitu penting bagi sebagian orang bahwa aku tidak berniat untuk
bunuh diri namun aku takut jika apa yang setiap aku lakukan memacu membuatku
terbunuh oleh diriku sendiri secara tidak sadar. Tapi aku mencoba memberi
kekuatan pada diriku sendiri bahwa aku kuat dalam menghadapi semua ini, dan
biarkan aku masih berlari seperti pecundang karna aku takut dari apa yang apa
yang akan terjadi. Namun suatu hari dengan yakin bahwa aku akan menghadapi
semua ini dengan merasa biasa-biasa saja dan baik-baik saja. Aku tahu ada yang
salah dari dalam diriku, penyebab aku berlari, karna aku tidak kuat dalam
menghadapi hidup ini. Namun lebih baik aku menghargai keputusan diriku sendiri
dengan melakukan sesuatu, baik itu negatif atau positif dibanding aku diam
merasakan sesuatu yang tak kunjung membawa manfaat yang berarti. Jika tidak
begini aku bisa mati secara perlahan-lahan penyebab dari apa yang aku takuti
yang belum pernah melatih diri dalam mempersiapkan mentalku sendiri.
Komentar
Posting Komentar