Langsung ke konten utama

Tersenyum walau di sisiku penuh kegelapan yang menyesakkan



Kau tau, cermin yang tampak gelap itu membuat senyumku jauh lebih menarik hatiku sendiri. Tersenyum dalam kegelapan, tersenyum walau di sisiku penuh kegelapan yang menyesakkan. Namun disana ada kegembiraan lewat senyuman itu sendiri. Tersenyumlah walau sekelilingku tak memberiku cahaya namun senyumku itu sanggup menyinari hatiku sendiri lewat kegelapan itu. Senyumku untuk diriku sendiri. Kau tau siapakah orang yang gembira itu, orang yang sedang tersenyum diantara kegelapan.
 
Mungkin ia tangisan demi tangisan membuatku reda. Dan senyuman sebagai gantinya setelah itu. Kau tau bukankah tangisanku, sedihku jauh lebih sedikit dibanding apa-apa yang membuatku tersenyum bahagia. Karna Tuhan maha pemberi kasih sayang dan aku percaya itu nikmat mana yang kau dustakan. Jadi nikmatilah saat ini, mungkin ku sedang bersedih, mungkin ku sedang gembira, orang jahat nyata adanya, orang baik nyata adanya semua bertebaran dimana-mana dan aku disini hanya bertugas tuk memilih apakah aku kan berlarut-larut dalam kesedihan atau ku ganti saja dengan rasa syukur yang bertubi.

Terima kasih senyuman diantara kegelapan jauh lebih baik dibanding ku menangis meronta diantara kegelapan. Terima kasih ada hal lain, ada alasan hingga saat ku bisa tersenyum setelah ku menangis yaitu rasa syukurku karna Kau maha pemberi kasih sayang hingga saat apa yang ku inginkan begitu mudah Kau kabulkan, terima kasih Kau maha mengabulkan, maha mendengar, maha tau apa yang ada dalam hati.
 — Few Clouds, 24°C @ Jalan Naradireja No.119

Komentar