Langsung ke konten utama

Di dalam cerita ada cerita



Apa yang ada dalam diri. Mencoba bertahan dengan kesabaran. Disana aku tahu ada yang tertawa, tak melihat atau mengenal namun sudah tahu rumus sebuah bagaimana cara mengatasi kesulitan dalam mencapai impian. Terima kasih pada penemu dan penolong mimpi. Kau berusaha memperbaiki keadaan, walau semuanya belum tergapai.

      Ketika hati ini sudah berkata yang lain-lain. Memang hal itu bisa membangkitkan rasa semangat atau bahkan menjatuhkan diri sendiri. Apa yang ada dalam diri. Yang terlalu banyak memikirkan kenyataan. Aku masih disini dengan wajah yang cantik, tangan dengan jari yang indah dan memiliki kemauan untuk menulis dan membaca juga mencoba menjauhi segala larangan dari segala peraturan. Biarkan aku memuji diriku karna aku begitu cantik saat tersenyum yang tiada tandingannya dari semua rasa senang itu. Aku bisa melihat warna-warna dunia. Aku bisa berjalan dan juga bicara. Hanya syukur yang harus aku bentangkan.

Aku yang sedang melihat diriku di dunia yang tidak nyata. Aku tersenyum berjalan-jalan melewati baunya aroma pemandangan hijau. Aku dan kawan-kawan berkeliling mengitari wajah yang begitu megah. Akan ku potret wajah cantik dan megah itu yaitu sebuah lukisan yang tidak ada tandingannya sebuah lukisan Tuhan. Aku ingin menyentuh, namun tangan ini tak lebih seperti semut yang ingin menggenggam, menatap pun masih kurang lebar karna saking luasnya . Aku sangat kecil aku pasti sangat kecil. Kecantikannya telah menandingiku, ternyata aku tidak ada apa-apanya.
Hari ini aku sangat beruntung bisa menatap sebuah pemandangan megah itu. Warna-warna telah memancarkan dari pesonanya. Kau sangat jarang terlihat, karna kecantikkanmu memang terkadang membuat orang celaka bagi yang tidak berhati-hati. Aku yang jauh mencarimu, semua orang jauh mencarimu, karna ingin mencium aromamu karna ingin melihat dunia lain yang begitu indah. Aku disini menanti untuk saat ini.  Terimakasih telah menjadi bagian cerita hidupku. Karna kau aku bisa menghirup udara kedamaian. Karna kau aku merasa melihat Tuhan. Jika aku melihat hijaumu, birumu dan warna-warna cinta alammu aku begitu sangat bahagia. Jika seperti ini aku tak ada apa-apanya, dan jika begini untuk apa aku menangisi karna aku merasa tidak ada apa-apanya. Aku luas dalam diriku, kenapa selalu ada kata sepi.
       Di dalam sendiri aku berkata sepi, itu tidak benar. Aku sendiri lebih damai dari yang tak terkira. Pikiran ini begitu luas. Aku bisa menjelajahi duniaku sendiri. Tapi tetap aku berhati-hati dalam kesendirianku. Karna ada kotoran atau racun dalam pikiran yang masih menjelajar keseluruh tubuhku lewat aliran darah. Pantas saja tak heran aku bertemu dengan si pecandu egois, porno, benci, putus asa dll.
Remote controlku  ada dalam diriku. Aku robot bagi diriku sendiri. Jika ada yang macam-macam aku harus bereaksi dengan cepat dan pada tempatnya. Apakah aku mencari dukungan. Jika aku ingin selalu hidup sendiri, jawabannya tidak mungkin. Aku selalu membutuhkannya, bahkan dalam khayalanku aku tetap mencari dukungan. Tanpa dukungan aku manusia yang mana dan bingung lagi, berputar-putar ditempat yang sama tanpa berjalan kearah tujuan yang harus dipijak.

Ribuan kata-kata bahkan lebih masuk kedalam pikiran yang masih tetap membutuhkan pilihan mana yang akan menjadi harapanku. Apakah aku masih bingung. Dalam sendirimu kau masih berkata bingung. Cobalah untuk berkata maka kau akan menemukan dirimu yang seperti apa.
       Di dalam  cerita ada cerita. Di dalam cinta ada cinta didalam cinta ada benci, di dalam  benci ada cinta, didalam benci ada benci. Marahkah, sayangkah. Ekspresimu mencerminkan hatimu, benarkah. Bagaimana jika seorang munafik bisakah masih terlihat bahwa sebenarnya dia tampak jahat namun hatinya sangat baik, dia tampai baik bagaikan malaikat namun hatinya bagai iblis. Bisakah aku temukan aku dalam diri, seperti apakah diriku itu.

Jari-jari yang sedang menari diatas kertas. Dia sedang mencari yang ada dalam dirinya lewat pikirannya, kemudian memuntahkannya melalui jari-jari ada perintah pikiranku. Pikiranku hadir dari sebuah protesku tentang sebuah rasa, entah itu rasa cinta, benci, marah, takut, bahagia, dll. Aku ingin menemukan diriku dengan kejujuranku.
Hati memang memiliki dinding. Tak bersuara namun bisa memerintahkan lewat mulut lewat pikiran yang sedang dirasa. Suara dari manakah hati ini ada suara-suara yang hadir yang tampaknya berasal dari dada ini. Aku hanya sebuah tubuh, namun aku sempat-sempatnya banyak berkata tanpa mengenal lelah aku bicara pada diri sendiri. Berbeda dengan ketika aku banyak bicara lewat mulutku, rasanya begitu lelah dan membosankan saking terlalu banyak bicara.
Hati hanya sebuah daging biasa tak ada bedanya dengan tubuh-tubuhku yang lain. Seluruh tubuh ini rasanya berbicara pada dirinya sendiri. Melakukan atas kehendak dirinya sendiri, jika sudah terasa sakit. Dia memprotesku pada pikiran sadarku untuk mengobati dari yang rasa sakit itu.
Pikiran adalah segalanya. Otak ini fungsinya sangat luar biasa. Otak ini seperti pusat dari segala aktivitas tubuhku. Dia adalah remote contol untuk tubuhku. Otak hanya seberat anak kucing sekitar dua setengah kilo. Namun dia berperan penting dalam segala hal. Jika membahas tentang hati, berarti hati ini juga relasi dari otakku, sama hal nya seperti organ tubuhku yang lain.
Pikiran bisa menciptakan dunianya sendiri. Seperti apa yang kurasa atau seperti apa yang ingin kurasa.
 

Komentar