Kadang pagi seperti
malam, kadang malam seperti siang, kadang siang seperti beranjak malam dan kadang
sore seperti beranjak pagi. Waktu yang berputar sama saja arahnya, kini akan
kuubah apa yang sering aku lakukan dalam melewati hariku yang pernah ku lewat
itu.
Ingin ku lihat malamku, pagiku,
siangku, soreku, malamku, dan fajarku. Namun tetap saja aku mengorbankan salah
satu dari mereka, karna aku memang mengantuk dan tertidur. Akhirnya aku
berhasil melewati malamku, siangku, soreku, malamku, dan fajarku namun esok
harinya aku tidak bisa melihat semuanya karna aku tertidur dalam satu hari.
Dunia yang kulihat itu ternyata hanya
bisa sebentar-sebentar saja. Singkat sekali ternyata hidup ini, melewati hari
dengan segala perasaan suka duka.
Matahari tak pernah absen menyinari dunia. Malam, pagi,
siang dan sore tetap bekerja tanpa lelah, mereka saling bergantian melakukan
tugasnya. Dan aku hidup bergantung pada yang silih berganti itu sampai aku tak
bisa melihatnya.
Wahai alam jika kau bisa berkata padaku. Selama ini kau
pasti banyak mengalami berbagai hal yang tidak aku ketahui. Bisakah kau
ceritakan padaku bagaimana pertama kali menjadi bagian dari dunia ini. Bisakah
kau bercerita tanpa kami mencari apa jawabannya. Pasti ini semua hanya Tuhan
yang tahu. Aku tidak bisa meminta Tuhan untuk menjelaskan semua ini. Terlalu
jauh aku ingin mengerti.
Kau pasti untuk aku dan aku pasti untuk kamu. Kita adalah
satu menjadi dua dan menjadi banyak. Bagaimana bisa jika aku berkata dunia ini
begitu sepi. Jelas-jelas ramai sekali. Sepi itu apa? Tapi jika tak ada sesuatu
pun melihatku maka hal itu adalah sepi. Apakah aku kesepian?
Segala sesuatu yang paling penting memang tidak terlihat.
Tuhan dan malaikat yang melihatku setiap hari aku tak melihatnya dan bahkan aku
tak merasakan keberadaannya, pantas saja aku leluasa berbuat dosa. Tuhan dan
malaikat yang melihatku setiap hari aku tak melihatnya namun aku percaya akan
keberadaannya, maka aku sempatkan menjalankan sebuah kebaikkan.
Baik dan buruk ada padaku. Hidup ini hanya mengejar mati.
Mati itu sebuah pertanggungjawaban. Kenapa manusia seperti aku hanya bisa
menyadari ketika sesuatu yang buruk menimpaku. Aku takut menyesal apa yang
kulakukan karna tidak memperbaiki yang salah pada diriku, jelas-jelas aku
menyadari hal itu adalah salah.
Melawan hati lagi. Aku masih dan masih melawan hati yang
masih berubah-ubah seperti bunglon. Aku ingin apa dari bingung ini?
Komentar
Posting Komentar