Langsung ke konten utama

Memotret Diri



Aku yang mencoba memotret diri dalam diary, mencoba ingin menemukan aku yang seperti apa. Karna dari sekian perjalanan hidupku adakah yang berkesan yang membuat aku semakin kuat dalam menghadapi hidup.
Adakalanya aku merasa senang, adakalanya aku merasa sedih. Aku setidaknya merespon apa yang sudah menimpa diriku. Untuk apa bisa tertawa jika ada yang lucu. Untuk apa aku bisa mengeluarkan air mata karna bersedih. Jika aku dituntut untuk merasa mudah dalam segala hal namanya bukan untuk memperkuat melainkan melemahkan diriku.
Aku yang memotret diri dalam diary mencoba menjelajah apa yang sedang kudaki. Jauh dekat, rumit atau mudah, biarkan semua itu mengalir seperti air mengalir. Ketika ada batu sandungan biarkan aku melewatinya, karna jika aku tidak melewatinya maka aku takkan pernah bisa pergi menuju tempat tujuan.

Wahai cinta, wahai benci, wahai hati yang selalu berubah-ubah. Biarkan aku memasuki surga dengan sesuatu yang pernah kuucapkan do’a kebaikkan. Tuhan dan malaikat adalah saksinya. Aku pernah mengatakan tentang kebaikkan. Tapi ku mohon wahai jiwa yang baik do’akan aku selalu menjadi manusia penghuni surga yang paling diharapkan.
       Wahai hati yang sedang gundah, aku tahu kau menunggu sesuatu yang bisa membuat dirimu senang demi menyenangkan orang lain. Tapi sudahlah biarkan yang kau miliki pakai saja tak usah menunggu yang entah kapan datangnya. Jadikanlah kekurangan dan kelebihan menjadi modal dalam mencapai impian. Jangan karna Tuhan tak kunjung mengabulkan do’a, kau berbuat pelanggaran yang sebenarnya kau tahu bahwa itu adalah hal dosa. Lagi-lagi hati kecilmu selalu bilang untuk jangan melakukan hal yang buruk saja, karna jiwa baikmu memang selalu berusaha menolongmu kearah yang baik. Kau sebenarnya pernah berdo’a untuk kebaikkanmu, maka Tuhan tak mungkin melupakanmu.
Saat semangat membara dalam ingatan, aku mencoba melakukan tekad dengan semangat membara, namun entah apa yang terjadi semangat membara itu hilang dan berbalik arah menjadi 180º, entah apa maksud hati berubah seperti itu dengan tiba-tiba. Apakah aku amnesia atau ada bisikan lain yang tak tahu bagaimana aku melawan hal itu. Aku seolah sedang bekerja sama antara si baik dan si salah, apakah mereka sedang berteman dan saling mempengaruhi.

Ada sisi lain dari sisiku. Ada dua sisi dalam diriku. Hitam dan putih memang tak bisa dipisahkan sebenarnya mereka saling membutuhkan  namun  aku harus menempatkan keduanya pada  tempatnya yang paling benar.
Banyak arah yang harus ku lewati. Ada jalan mudah dan jalan sulit atau jalan pintas juga jalan paling sulit dan panjang. Atau kadang aku bingung sehingga memilih diam atau berputar-putar tanpa arah tujuan yang tepat. Aku tidak bertanya atau bertanya aku pernah mencoba keduanya. Hanya keberanian saja yang menjadi pemenang dalam menjalankan hidup ini.
         

Komentar