Berapakah harga satu tetes air mata. Satu
tetes ku beli dengan separuh waktu. Dan waktu yang berharga itu telah membeli pikiran
yang membawaku meneteskan air mata. Apakah aku sedang sengaja mempertaruhkan
nyawaku, demi memikirkan sesuatu yang tidak usah dipikirkan.
Jutaan kata telah memaksaku untuk menjadi manusia yang benar, aku sengaja
menginstal segala program yang ada ke dalam pikiranku, berbagai cara aku tempuh
untuk melawan hati dan juga mencari cara untuk membinasakan berbagai
virus-virus buruk yang selalu menggerogoti hati dan pikiranku. Amnesia lagi,
aku lupa atau melupakan tak bisa membedakan keduanya, yang jelas
pengaruh-pengaruh yang aku ciptakan belum jua menemukan bahwa aku yang hebat.
Pada
akhirnya Tuhan lagi, dan penebusan dari segala dosa. Aku berpikir kearah yang
pada akhirnya sebuah kesalahan-kesalahan yang harus dibayar dengan ketentuan
Tuhan. Karna aku telah berdo’a pada-Nya bahwa aku meminta ampun pada-Nya.
Aku
pandai sekali mempertahankan dalam diamku. Mataku, pendengaran, dan hati
sebenarnya bergerak, namun ada hal lain yang membuatku sulit bergerak, entah
apa itu namanya. Aku sering berkata “aku juga tak ingin seperti ini,
terus-menerus” sisiku seolah ada yang menggenggamku, seolah dia tak
mengijinkanku menjadi sesuatu yang besar dalam meraih mimpi.
Ada
sesuatu yang sulit aku untuk tersenyum, hal itu terulang kembali dengan begitu
lama, yaitu dari suatu kebiasaan yang berawal dari sakit hati yang tak
tertahan. Ada banyak kata tanya di dalam benak, yang membuat benakku di penuhi
dengan berbagai prasangka dan kebrutalan hati yang membuatku ingin membunuh
siapapun yang jahat.
Hal
serumit itu, hal sekecil itu telah menjadikanku menjadi apa sekarang. Aku
mengawali hidup dan tak pernah memikirkan akhir dari yang selalu ku ulang untuk
mengawali yang ku ingin. Ada langkah-langkah kecil, diam dan sembunyi, pura-pura,
memuji dan bertepuk tangan, menatap, tangisan menggila, merasa hebat, merasa
bodoh, tersenyum penuh harap. Di kepala hanya ada satu yaitu “teman”.
Kekurangan
apa yang sering membuatku menangis, hal itu bukan sebuah kekurangan namun aku
hanya perlu bertahan menjadi aktif. Ketika berhenti di tengah jalan untuk
mempercayai sesuatu aku tak bisa berbuat apa-apa selain menatap bodoh penuh
senyuman aneh. Ada apa gerangan, sesuatu yang paling sulit itu membuatku
menangis setiap hari. Aku disini masih hidup di dalam dunia untuk siapa?
Jika
tak tertahan, apa yang aku lakukan selain berpikir tak menentu, dengan
memikirkan yang tak pernah menghasilkan, “bagaimana aku, apa yang harus aku
lakukan,” apakah hanya itu yang selalu kupikirkan di dalam hidup jika aku tak
tertahan karna takut sesuatu yang membuatku tak bisa melupakannya seumur
hidupku.
Untuk
membayar dalam melupakan sesuatu yang paling menyakitkan hati adalah seumur
hidup. Tembok yang di paku, akan tetap berlubang jika paku tersebut di cabut
kembali, tembok itu akan selalu membekas karna sebelumnya telah tertancap
sebuah paku. Hati yang sudah dilukai pun sama jika sudah pernah disakiti mana
bisa bekasnya akan hilang begitu saja. Bekas adalah sebuah tanda, hati yang
berlubang tetap berlubang dan akan membekas seumur hidup.
Mengubah
fokus dan merusak pola, aku harus berlatih diri ketika tiba-tiba ada pikiran
muncul tentang sesuatu yang buruk maka aku harus mengalihkan fokusku ke arah
lain dan bertindak konyol ketika ada sesuatu yang sulit aku terima dengan
merusak pola konyol tersebut. Hal itu bisa memungkinkanku untuk melupakan
sesuatu yang membuatku stres berat.
Jika
kata-kata penuh keluh kesah dan hal-hal negatif lainnya masih ada dalam diri,
artinya aku masih dalam keadaan labil. Biarkan aku mencari jawabanku lewat dari
segala bingungku itu. Aku yakin aku pasti mengerti, apa yang aku merasa bingung
itu, karna aku terus-menerus mencari dan mencari sampai ketemu.
Ada
gengsi yang sangat besar dalam hati. Yang membuatku masih duduk manis namun tak
berdaya karna merasa sangat lelah. Aku yang telah memakan gengsiku, semakin
mengerti bahwa aku begitu tidak peduli terhadap diri sendiri.
Inginnya
apa, menjadi pudar dan menghilang. Tujuan itu semakin menjauh karna merasa
sudah tidak memungkinkan lagi untuk mencapai apa yang kuingin. Bergerak pun
sudah merasa mati.
Aku
memang mengerti namun hati ini tak ingin mengerti karna begitu gengsi disertai
rasa takut yang berlebihan. Aku tak pernah diajarkan akan hal ini, makanya aku
merasa begitu benar apa yang kupilih tersebut. Aku yang merasa tidak bisa
menghadapi stres, masih bingung, sehingga aku
menjauh dari stres dengan cara menghentikan apa yang menjadi
tanggunganku. Pusing kepala itu sangat sakit bukan main, karna stres itulah
berbagai penyakit selalu datang. Dan ketika aku melepas apa yang ku tak suka,
begitu tenangnya hati ini seperti terlepas dari neraka.
Hidup
seperti ini, tantangan, masalah, ketakutan, merebutkan kebahagian dengan segala
cara. Sangat mahal harga dari sebuah kesuksesan dengan perjuangan dari diri
sendiri. Pengobanan melalui uang, kelaparan, hutang, tenaga, pikiran, waktu,
nyawa dll. Semua dipertaruhkan demi akhir yang akan membahagiakan berbagai
pihak.
Awal
yang tiada akhir, sampai mati menjemput. Seolah aku selalu berada di dalam
awal. Aku selalu mengulang-ngulang dari awal untuk memperbaiki entah apa itu
apakah akan disebut berhasil atau bukan.
Sebenarnya
pikiranku penuh dengan apa? Apakah kotoran anjing yang membuat aku terperosok
kedalamnya yang begitu sangat menjijikan bagi siapapun mendekat bahkan diriku
sendiri yang semakin membenci diriku sendiri.
Aku
yang terkadang memang merasa aneh, karna kadang baik dan kadang jahat. Padahal
aku ingin sekali mempertahankan apa yang kusebut hal itu adalah baik. Namun
ketika ada masalah lain, aku merasa sedang meminum alkohol dan narkoba yang
selalu mabuk dan kadang senang karna berfantasi dengan diri sendiri dan setelah
aku sadar aku seperti kerasukan setan yang akan membinasakanku kedalam api
neraka.
Memang
benar apa yang dikatakan orang-orang itu, namun aku selalu menjadikanku bahwa
aku tidak seperti itu. Aku ini kenapa, selalu memikirkan hal-hal yang paling
tidak penting karna aku merasa terhina olehnya. Bisakah alihkan fokus pikiranmu
ke fokus pikiran-pikiran lain, agar kau lebih baik dari segala prasangka
burukmu itu.
Untuk
saat ini dan seterusnya aku akan selalu merasa bahagia, karna semakin hari aku
menemukan diriku lewat aktivitas tulisanku. Semakin hari aku memaksaku untuk
berkata jujur dari segala apa yang kutulis tentang “si aku” dan aku semakin
memaksa diriku untuk lebih berani dan percaya diri dalam menghadapi hidup ini.
Aku harus berlatih dan belajar tanpa lelah dan mendapatkan ilmu setinggi langit
yang memungkinkanku akan menjadi manusia yang bisa berbagi ilmu bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar