Dunia seperti apa yang kuharap, sepertinya energiku sudah
hampir habis karna aku berpikir saja tanpa bekerja sama dengan seluruh anggota
tubuhku untuk bergerak.
Aku sudah waktunya bukan seperti dulu lagi. Kini ya kini,
hanya kini aku bisa menciptakan masa
depanku.
Aku yang merasa berbeda dari siapapun, ingin sekali
menyebarkan karyaku, namun aku belum bisa mengeluarkannya karna ada satu hal
yang membuatku terhimpit oleh sesuatu yaitu penghambat yang membuat aku sulit
dan malu disertai rasa takut tak berguna itu.
Benar sekali apa yang dikatakannya. Berkata itu sangat
mudah dibanding mempraktekkannya. Motivator pembawa diri yang sebenarnya adalah
diri sendiri. Ingin mengecap seperti apakah diri ini. Jika mengecap akan tak
akan berhasil, aku akan berhasil. Maka hal itulah akan menjadi milikku. Aku
hanya memilih dari apa yang ku pilih. Kenapa aku bisa berpikir seperti itu,
sebenarnya apa yang menyebabkan aku bisa berpikir seperti itu?
Aku adalah perenung, pemerhati, penonton, pengkritik, menyaksikan
dan belajar dari yang terlihat maupun yang terdengar. Semua sengaja diperlihatkan
agar aku berpikir.
Aku yang selalu merasa dialam mimpi. Tiba-tiba terbangun
dari mimpi bahwa aku masih diri yang dulu, dengan melakukan hal yang sama
sehingga perubahan yang diharap tak kunjung datang.
Aku tahu atau pura-pura tahu. Apa bedanya diam dan malas.
Aku tahu aku terlalu fokus pada hasil yang belum ada tanpa mengisi proses dari
hasil tersebut.
Dunia seperti apa yang kuharap itu. Aku masih berpikir
seperti itukah. Aku berputar-putar berkata yang
itu-itu saja. Sebenarnya aku ingin apa katakan saja.
Sebenarnya aku sudah melakukan yang terbaik. Aku berlatih
seperti ini. Semenjak aku menemukan buku yang berjudul “Mengikat Makna”, karya
Hernowo. Terimakasih aku padanya karna dia sudah memberiku semangat untuk
menulis. Setidaknya hari ini, saat ini aku bisa menulis dengan secara
terus-menerus dan kontinyu.
Aku memang sibuk dengan diri aku sendiri. Tentang sesuatu
yang bisa menyakitkan hati, hanya sebuah kata-kata, hinaan, sindiran. Aku sangat
mudah sekali sakit hati. Karna penyakit inilah yang dapat menghambat semua
impianku. Aku harus menyembuhkan penyakit hati ini. Aku harus mencari cara agar
aku tidak lagi gampang sakit hati.
Kini sedikit demi sedikit aku akan menemukan diriku yang
seperti apa. Aku memang selalu tahu apa yang ada di hati, namun itu adalah
bayangan saja bukan akar dari bayangan itu.
Pura-pura, cuek, tidak bisa mengurus diri sendiri. Dengan
semua itu aku baik-baik saja. Tak salahkah aku melakukan semua itu, agar aku
tidak stres. Aku baik-baik saja saat ketakutan menghadapiku dan aku pura-pura
berani untuk menghadapinya dan kenyataan memang aku baik-baik saja. Aku
mendengar dan melihat bahkan ada yang memarahiku, aku biasa-biasa saja
menghadapinya karna aku cuek dan aku merasa rileks dengan rasa cuek tersebut.
Aku tidak bisa mengurus diriku sendiri itu memang benar dalam hal makanan saja.
Aku menahan lapar karna pikiran yang positif saja aku merasa tidak kelaparan,
apa yang dikatakannya adalah benar, “pikiran lebih penting dari makanan” aku
harus berkata pada diri sendiri bahwa aku kuat itu saja, apapun yang terjadi
maka aku siap dan kuat segala hal apapun aku hanya mempersiapkan yang
buruk-buruk saja. Karna untuk bersiap-siap aku mendapatkan kesenangan hal itu
mudah sekali dibanding bersiap-siap hal buruk akan menimpa.
Hidup ini hanya dijalani saja. Ketika aku ingin apa maka
cukup melakukan saja, jika aku tak ingin apa yang sedang aku lakukan aku cukup
berhenti dari yang aku lakukan. Apakah selamanya orang yang lebih baik menjadi
bosku, aku pun berhak menjadi bos bagi diriku sendiri. Aku berhenti dan keluar
dari zona nyaman, karna awalnya aku memang tidak nyaman bekerja pada orang
lain, dan saat keluar dari zona nyamanlah, aku semakin merasa ada di zona yang
sangat penuh tantangan. Aku keluar dengan izin aku sendiri, temanku bahkan
Tuhan. Aku penuh keraguan apa yang harus aku lakukan. Melakukan sesuatu yang paling tidak aku sukai. Rasanya
tubuh ini dirasuki racun-racun tidak berguna. Bukan ilmu yang berguna.
Apapun yang sudah menimpaku, pasti ada selalu ada sedikit
manfaat. Aku tidak pernah sia-sia do’a apa yang kupanjatkan. Aku tidak sia-sia
usaha apa yang sedang aku geluti. Bahkan dalam diamku bukan berarti aku malas.
Karna aku kerja keras dalam berpikir dan pada akhirnya aku menemukan apa yang
ada dalam diri itu.
Berputar-putar saja dengan menghabiskan waktu. Namun
waktu seperti apa yang kuhabiskan itu. Apakah dengan bersenang-senang saja?
Jadi apa yang akan lakukan untuk semua ini.
Ketika aku ingin menulis aku selalu merasa tulisan
tersebut untuk dibaca oleh orang lain karna aku mengharapkan uang, itu wajar
tapi ketika aku berpikir seperti itu rasanya tulisanku itu tidak bermakna malah
rasanya untuk apa tulisan tersebut, aku terlalu berpikir atau menulis dengan
berpikir bukan dengan hati. Saat aku menulis dengan pikiran, ada banyak sekali
penghambat yang membuatku enggan menulis. Ketika aku menulis dengan hati,
rasanya tulisan tersebut mengalir tiada henti seperti air mengalir, sungguh
perbedaan yang harus aku simpulkan, bahwa menulis dengan hati maka tulisan akan
mengalir dan jika menulis dengan memikirkan uang maka tulisan tersebut hanya berjalan
tersendat-sendat seperti orang macet terlalu memikirkan tentang kesempurnaan.
Biarkan aku menulis dengan hati, jika sudah selesai aku
akan merevisi tulisan tersebut dengan pikiran.
Ada banyak sekali peluang dalam hidup ini, apalagi pada
jaman sekarang. Tidak mungkin orang kesulitan mencari uang, benarkah? Teknologi
canggih, pengetahuan semakin mudah didapat, sayang sekali jika aku berkata
bahwa mencari uang itu sangat sulit.
Adakah yang rusak dalam hati ini, pikiran ini. Penyakit
hati itu mudah disembuhkan atau tidak, mental yang lemah sudah diperkuat belum?
Sudah siap menghadapai berbagai kemungkinan belum? Apakah aku pernah
menyaksikan dan mengalami hal-hal yang membuat hati ini rasanya ditusuk jarum.
Sering sekali aku menangisi yang ku anggap aku adalah si
bodoh yang suatu hari akan berhasil, aku
masuh menangisi karna aku belum jua menemukan apa yang menjadi keinginanku itu.
Aku masih berdamai dengan si bingung
itu. Biarkan aku yang seperti ini saja, karna
jika aku melihat diri yang lebih dalam lagi dan memprotes tentang diri
pada Tuhan, aku semakin menemukan diri
yang begitu tidak bersyukurnya, maafkan aku.
Jadi apa yang harus aku perbuat saat ini. Aku hanya
melanjutkan dan memperbaiki yang ada dan
tidak menjadikan berbagai alasan untuk menghambat semua impianku. Sebentar lagi aku akan
menemukan dan mendapatkan si aku dalam dunia yang kuharap dalam hati ini. Aku
hanya cukup menunggu sebentar lagi aku
akan mendapatkan hasil dari segala do’a
dan usahaku.
Keberanian aku pasti menemukan keberanian yang kuharap. Sebuah keberanian yang membuat
aku menjadi pandai bicara dan menemukan
orang-orang yang berguna, juga dapat menjadikan diriku sendiri menjadi berguna
di hati orang-orang yang menjadi temanku.
Komentar
Posting Komentar