Langsung ke konten utama

Jalani Saja



Dunia seperti apa yang kuharap, sepertinya energiku sudah hampir habis karna aku berpikir saja tanpa bekerja sama dengan seluruh anggota tubuhku untuk bergerak.
Aku sudah waktunya bukan seperti dulu lagi. Kini ya kini, hanya kini aku bisa  menciptakan masa depanku.
Aku yang merasa berbeda dari siapapun, ingin sekali menyebarkan karyaku, namun aku belum bisa mengeluarkannya karna ada satu hal yang membuatku terhimpit oleh sesuatu yaitu penghambat yang membuat aku sulit dan malu disertai rasa takut tak berguna itu.           
Benar sekali apa yang dikatakannya. Berkata itu sangat mudah dibanding mempraktekkannya. Motivator pembawa diri yang sebenarnya adalah diri sendiri. Ingin mengecap seperti apakah diri ini. Jika mengecap akan tak akan berhasil, aku akan berhasil. Maka hal itulah akan menjadi milikku. Aku hanya memilih dari apa yang ku pilih. Kenapa aku bisa berpikir seperti itu, sebenarnya apa yang menyebabkan aku bisa berpikir seperti itu?
Aku adalah perenung, pemerhati, penonton, pengkritik, menyaksikan dan belajar dari yang terlihat maupun yang terdengar. Semua sengaja diperlihatkan agar aku berpikir. 
Aku yang selalu merasa dialam mimpi. Tiba-tiba terbangun dari mimpi bahwa aku masih diri yang dulu, dengan melakukan hal yang sama sehingga perubahan yang diharap tak kunjung datang.
Aku tahu atau pura-pura tahu. Apa bedanya diam dan malas. Aku tahu aku terlalu fokus pada hasil yang belum ada tanpa mengisi proses dari hasil tersebut.
Dunia seperti apa yang kuharap itu. Aku masih berpikir seperti itukah. Aku berputar-putar berkata yang  itu-itu saja. Sebenarnya aku ingin apa katakan saja.
Sebenarnya aku sudah melakukan yang terbaik. Aku berlatih seperti ini. Semenjak aku menemukan buku yang berjudul “Mengikat Makna”, karya Hernowo. Terimakasih aku padanya karna dia sudah memberiku semangat untuk menulis. Setidaknya hari ini, saat ini aku bisa menulis dengan secara terus-menerus dan kontinyu.
Aku memang sibuk dengan diri aku sendiri. Tentang sesuatu yang bisa menyakitkan hati, hanya sebuah kata-kata, hinaan, sindiran. Aku sangat mudah sekali sakit hati. Karna penyakit inilah yang dapat menghambat semua impianku. Aku harus menyembuhkan penyakit hati ini. Aku harus mencari cara agar aku tidak lagi gampang sakit hati.     
Kini sedikit demi sedikit aku akan menemukan diriku yang seperti apa. Aku memang selalu tahu apa yang ada di hati, namun itu adalah bayangan saja bukan akar dari bayangan itu.
Pura-pura, cuek, tidak bisa mengurus diri sendiri. Dengan semua itu aku baik-baik saja. Tak salahkah aku melakukan semua itu, agar aku tidak stres. Aku baik-baik saja saat ketakutan menghadapiku dan aku pura-pura berani untuk menghadapinya dan kenyataan memang aku baik-baik saja. Aku mendengar dan melihat bahkan ada yang memarahiku, aku biasa-biasa saja menghadapinya karna aku cuek dan aku merasa rileks dengan rasa cuek tersebut. Aku tidak bisa mengurus diriku sendiri itu memang benar dalam hal makanan saja. Aku menahan lapar karna pikiran yang positif saja aku merasa tidak kelaparan, apa yang dikatakannya adalah benar, “pikiran lebih penting dari makanan” aku harus berkata pada diri sendiri bahwa aku kuat itu saja, apapun yang terjadi maka aku siap dan kuat segala hal apapun aku hanya mempersiapkan yang buruk-buruk saja. Karna untuk bersiap-siap aku mendapatkan kesenangan hal itu mudah sekali dibanding bersiap-siap hal buruk akan menimpa.
Hidup ini hanya dijalani saja. Ketika aku ingin apa maka cukup melakukan saja, jika aku tak ingin apa yang sedang aku lakukan aku cukup berhenti dari yang aku lakukan. Apakah selamanya orang yang lebih baik menjadi bosku, aku pun berhak menjadi bos bagi diriku sendiri. Aku berhenti dan keluar dari zona nyaman, karna awalnya aku memang tidak nyaman bekerja pada orang lain, dan saat keluar dari zona nyamanlah, aku semakin merasa ada di zona yang sangat penuh tantangan. Aku keluar dengan izin aku sendiri, temanku bahkan Tuhan. Aku penuh keraguan apa yang harus aku lakukan. Melakukan  sesuatu yang paling tidak aku sukai. Rasanya tubuh ini dirasuki racun-racun tidak berguna. Bukan ilmu yang berguna.
Apapun yang sudah menimpaku, pasti ada selalu ada sedikit manfaat. Aku tidak pernah sia-sia do’a apa yang kupanjatkan. Aku tidak sia-sia usaha apa yang sedang aku geluti. Bahkan dalam diamku bukan berarti aku malas. Karna aku kerja keras dalam berpikir dan pada akhirnya aku menemukan apa yang ada dalam diri itu.
Berputar-putar saja dengan menghabiskan waktu. Namun waktu seperti apa yang kuhabiskan itu. Apakah dengan bersenang-senang saja?
Jadi apa yang akan lakukan untuk semua ini.
Ketika aku ingin menulis aku selalu merasa tulisan tersebut untuk dibaca oleh orang lain karna aku mengharapkan uang, itu wajar tapi ketika aku berpikir seperti itu rasanya tulisanku itu tidak bermakna malah rasanya untuk apa tulisan tersebut, aku terlalu berpikir atau menulis dengan berpikir bukan dengan hati. Saat aku menulis dengan pikiran, ada banyak sekali penghambat yang membuatku enggan menulis. Ketika aku menulis dengan hati, rasanya tulisan tersebut mengalir tiada henti seperti air mengalir, sungguh perbedaan yang harus aku simpulkan, bahwa menulis dengan hati maka tulisan akan mengalir dan jika menulis dengan memikirkan uang maka tulisan tersebut hanya berjalan tersendat-sendat seperti orang macet terlalu memikirkan tentang kesempurnaan.
Biarkan aku menulis dengan hati, jika sudah selesai aku akan merevisi tulisan tersebut dengan pikiran.
Ada banyak sekali peluang dalam hidup ini, apalagi pada jaman sekarang. Tidak mungkin orang kesulitan mencari uang, benarkah? Teknologi canggih, pengetahuan semakin mudah didapat, sayang sekali jika aku berkata bahwa mencari uang itu sangat sulit. 
Adakah yang rusak dalam hati ini, pikiran ini. Penyakit hati itu mudah disembuhkan atau tidak, mental yang lemah sudah diperkuat belum? Sudah siap menghadapai berbagai kemungkinan belum? Apakah aku pernah menyaksikan dan mengalami hal-hal yang membuat hati ini rasanya ditusuk jarum.
Sering sekali aku menangisi yang ku anggap aku adalah si bodoh yang  suatu hari akan berhasil, aku masuh menangisi karna aku belum jua menemukan apa yang menjadi keinginanku itu. Aku masih berdamai  dengan si bingung itu. Biarkan aku yang seperti ini saja, karna  jika aku melihat diri yang lebih dalam lagi dan memprotes tentang diri pada Tuhan, aku  semakin menemukan diri yang begitu tidak bersyukurnya, maafkan aku.  
Jadi apa yang harus aku perbuat saat ini. Aku hanya melanjutkan dan memperbaiki yang ada  dan tidak menjadikan berbagai alasan untuk menghambat  semua impianku. Sebentar lagi aku akan menemukan dan mendapatkan si aku dalam dunia yang kuharap dalam hati ini. Aku hanya  cukup menunggu sebentar lagi aku akan  mendapatkan hasil dari segala do’a dan usahaku.                                                                                           
Keberanian aku pasti menemukan keberanian  yang kuharap. Sebuah keberanian yang membuat aku menjadi pandai  bicara dan menemukan orang-orang yang berguna, juga dapat menjadikan diriku sendiri menjadi berguna di hati orang-orang yang menjadi temanku.         

Komentar